Dorman dan Rany; Tak Pernah Lupa Memberi Diri Melayani

Apa kuncinya?

Rany: Enggak ada kuncinya, semakin kita sering bersama akan semakin dapat nikmatnya. Bukan semakin bersama semakin puyeng, iya, nggak iya.

Dorman: Sebagai manusia kita akan selalu beradaptasi, belajar.

Satu lagi pertanyaan untuk suami istri, karena kita orang Batak Kristiani, tentu Anda akan sering juga diundang ke gereja. Bagaimana misalnya atau mungkin selalu jiwa profesional itu muncul, kalau profesional berarti bayarannya juga propesional, termasuk misalnya pelayanan, seperti hari ini Anda hadir di HKBP Kemang Pratama diundang gereja yang tidak besar. Bagaimana Anda mau melayani di tempat-tempat yang kecil begitu?

Rany: Jadi nggak harus, ini namanya juga pelayanannya buat Tuhan, jadi begitu saja sih. Simpel saja. Jadi memang karena pelayanan di sini, atau Tuhan ganti berkatNya dari yang lain, yang pasti kita tulus, apalagi untuk gereja, rumah ibadah, pesta pembangunan kadang-kadang sampai ke pelosok-pelosok pun kalau buat Tuhan kita mah jalan saja. Hayo hajar, gitu.

Mungkin khusus pertanyaan lae Dorman Manik, sebagai seniman dan masih memimpin organisasi PARBI Jawa Barat, ini, kan perlu hati, perlu waktu dan juga uang keluar bagaimana yang membagi waktu, karena Anda sebagai profesional di musik pasti sibuk?

Itu tadi, sebenarnya kalau kita terlalu memikirkan, atau terlalu mengkonsep, saya harus bagi waktu ke situ ke sini. Itu malah bikin kita semakin kesusahan, makin ribet. Jadi saya rasa sama, kalau sesuatu yang bisa kita nikmati pakai hati, kita nikmati dengan tulus, semuanya itu akan disediakan Tuhan.

Kita kan hampir tiga tahun mengalami pandemic, ini memang semua sektor mengalami kesulitan, tetapi seniman Batak kita tahu juga sangat merasakan itu. Hubungannya dengan organisasi PARBI ini, apa pentingnya PARBI untuk berperan mengangkat ekonomi daripada artis-artis Batak?

Inilah kesempatan. Salah satu tujuan dari PARBI kita bentuk perkumpulan artis Batak ini, karena terus terang. Kalau dari kemampuan suku Batak ini nggak kalah dari suku-suku lain, tetapi, saya bukan rasis ya, bukan rasis, tetapi maksud saya Ambon bisa membuat kota musik di Negara ini, di kotanya. Bisa meloby Negara untuk memperhatikan senimannya. Mengapa kita musisi Batak nggak bisa? Nah, itu salah satu trigger supaya musik Batak dan pengurus PARBI seniman Batak ini bisa kompak, bersatu, sehingga suatu saat bisa menentukan kebijakan. Ikut menentukan kebijakan negara ini. Jadi PARBI berharap  juga punya peran dan ikut menentukan masa depan bangsa ini.

Tetapi, mengapa organisasi kita tak satu. Misalnya kalau organisasi artis satu wadah, karena organisasi artis juga banyak, bukan hanya PARBI….

Secara umum memang kita heran ini, setiap organisasi itu cenderung pecah. Sebenarnya sudah jadi masalah umum, ya, di bangso Batak pada umumnya. Jangankan di perorganisasian, di parmargaon saja pun kita kayak begitu. Nah, itu salah satu PR lah, iya. Salah satu PR kita bersama. Tetapi aku rasa PARBI ini sudah berjalan ke jalan yang benar. Sebagian besar saya rasa 80% artis Batak sudah bergabung di PARBI.

Sebagai Ketua PARBI Jawa Barat, saya kira PARBI sudah mulai melanglang buana di beberapa wilayah sudah terbentuk, di Medan sudah ada, di Batam, tetapi belum semua provinsi iya. Khususnya Jawa Barat basis orang Batak, termasuk seniman Batak di Jawa Barat. Bagaimana membuat ini menjadi kekuatan, menjadi militan begitu?

Sebenarnya sekarang itu sudah sudah ada bibit-bibit militan itu, bangga jadi orang Batak, itu kan tagline. Salah satu militan, cuman yang jadi persoalan sekarang PR-nya adalah membangun rasa kesatuan dan persatuan. Jadi, dia boleh militan, tapi militan cuman untuk sendiri, yang nggak kuat jadinya. Jadi yang PR pertama itu kita harus membangun kesatuan dan kesatuan tadi. Satu rasa, satu hati. Demikian. (Hojot Marluga)

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

11 + 19 =