Drs. Alidin Sitanggang, M.M; “Inilah Kami, Utuslah Kami. Jadilah KehendakMu untuk Kami, Bapa”

suaratapian.com-Drs. Alidin Sitanggang, M.M adalah Calon Legislatif Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Perindo, daerah pemilihan Kalimatan Selatan II. Sebelumnya, lelaki kelahiran Pematang Siantar, 14 April 1964 ini adalah aktivis Partai Indonesia Damai, partai yang disebut-sebut adalah partai ‘rainbow’ dari Partai Damai Sejahtera. Sebagai politisi, aktivis partai diawalinya sejak pensiun dari Bank Mandiri, di mana dia berkarier selamat 30 tahun. Hojot Marluga pengelola www.suaratapian.com mewawancarai. Demikianlah petikan bincang-bincangnya;

Apa kabar Amang. Amang kita tahu seorang bankir yang kemudian juga belajar teologia, dan aktif di berbagai organisasi, kemudian aktivis partai, kemudian bergabung dengan Perindo. Apa gerangan kemudian mencalonkan diri menjadi Calon Legislatif, bisa ceritakan?

Awalnya saja sarjana sosial politik dari Universitas Sumatera Utara jurusan sosial politik. Kemudian saya pernah jadi guru, lalu kerjalah di bank selama 30 tahun. Puji Tuhan bisa berjalan dengan baik tak ada noda. Saya bisa purna bakti dengan baik. Saat Covid itu, setelah 30 tahun bekerja, saya dengan istri mengambil S2 teologia lanjut S3 teologia. Setelah kami pensiun yang bungsu seorang perempuan, dia itu pas tamat SMA kelas 3, kami harus menyediakan dana untuk dia, sementara saya sudah pensiun. Bedalah kalau pensiun dengan yang aktif.

Namun ternyata dia melamar mencari beasiswa. Amazing Grace, bahwa dia diterima di satu universitas di Tangerang. Biasa biayanya kalau normal itu engak ketulungan biaya untuk ekonomi menengah ke bawah. Tetapi Puji Tuhan anak kami ini lulus dengan beasiswa full 100%. Sebenarnya dia juga lulus di Bandung, negeri tetapi diambil yang beasiswa sehingga saya tak mengeluarkan uang satu rupiah. Menyikapi itu saya dengan istri berdiskusi. “Kita ini sudah mendapat anugerah, janganlah menjadi laut mati.”

Tahun 2019 waktu aktif mendirikan sebuah Yayasan. Namanya Yayasan Ayo Bangkit Generasi Muda, fokus kepada peminatan generasi muda dan mempersiapkan generasi muda. Kami mencoba mendekati sekolah-sekolah negeri di Jakarta, khususnya di Jakarta Utara, lebih khusus lagi sekitar tempat tinggal kami untuk kami bisa memberikan pelatihan atau diskusi pembangunan karakter. Mereka pun oke. Nah, kami mengajak sekian banyak sekolah, sekian ribu anak-anak muda voluntir. Ternyata yang kami lakukan itu ada yang memantau.

Lalu dia bilang ke istri dulu. “Ibu kan sudah Doktor, mau enggak ikut Caleg?” Padahal, menurut kami, walau pun tanpa jadi Caleg, kami sudah melakukan apa yang menjadi tugas pelayanan kami. Apa yang kami kerjakan tak perlu diekspos segala, tetapi kami bikin kegiatan Yayasan kami. Kami melakukan pendekatan ke sekolah-sekolah, banyak guru yang honor sudah lebih dari 10 tahun 15 tahun enggak diangkat-angkat P3K dengan gajinya pas-pasan namanya di Jakarta terbantu.

Lalu, jawaban teman dari Perindo itu, bilang begini, “Betul Bu. Tetapi kalau ibu di luar sistem mau profesor doktor punya yayasan punya lembaga jadi ketua umum. Apun katanya itu, tidak akan diperhitungkan, tidak akan didengar, dianggap seperti pepatah mengatakan, anjing menggonggong kafilah berlalu. Tetapi kalau ikut di dalam system lebih powerful lebih berpengaruh.”

Harus masuk sistim agar bisa membawa dampak. Saya pun ditawarkan calon di Kalimantan Selatan 2. Katanya daerah ini masih kosong, Kalimantan Selatan. Oleh karena saya di situ 11 tahun, saya hafal wilayahnya, tahu semua banyak keluarga juga teman-teman debitur. Nama saya pun tidak tercoreng di sana. Bahkan, saya pernah ketua festival budaya Batak se Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan tahun 2010-an.

Jika ini jalan Tuhan untuk kita berbuat sesuatu bagi generasi ini, kami fokus kepada generasi ini. Kami datang ke sana dan kami pun selalu bikin berbagai kegiatan. Hanya dua poin, kami mengusahakan pembangunan karakter dan revolusi mental. Jadi untuk menghasilkan generasi muda yang memiliki karakter yang baik perlu didikan dan arahan. Setiap kami mengajar, kami bilang, karakter itu kami ambil poin empat saja.

Pertama cinta dan menghormati orangtua. Kedua, meningkatkan kualitas atau mutu melalui pendidikan. Oleh karena kami adalah dosen kami himbau mereka untuk meningkatkan kualitas dengan cara belajar dari sekarang, apalagi nanti tahun 2045 Indonesia 1 abad, maka kalian yang SMA-SMA sekarang ini akan menjadi Kapolda, Kapolres, Direktur, Kepala. Karena 22 tahun lagi sudah jadi. Saya bilang begitu, kualitas dimulai dari pendidikan.

Poin yang ketiga adalah budi pekerti ini yang harus kita kembangkan. Budi pekerti supaya bisa hidup berdampingan, memiliki tiga keharmonisan harmonis terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa sesuai dengan agama kepercayaan masing-masing, harmonis dengan sesama manusia dan harmonis kepada alam.

Keempat adalah cinta NKRI. Inilah modal kami. Apa yang menyemangati kami sehingga kami tangkap kesempatan yang diberikan oleh pak Hary Tano untuk kami bisa jadi Caleg. Latar belakang awal, dan pandangan kami ke depan bahwa pembangunan karakter dan revolusi mental perlu digalakkan. Sudah saatnya kita kencangkan hal ini mulailah dari anak-anak sampai umur 17 tahun itu harus kita isi terutama fokus juga pada SMP.

Mengapa SMP, kalau SMP itu kan dari SD yang anak-anak masih kosong dia kalau sudah bergaul dengan SMA sudah ada sedikit terisi, dari lingkungan, tetapi mumpung di SMP kita bentuklah pemikirannya, kita modali dia, mentalnya, karakternya dengan apa yang terbaik sesuai dengan budaya.

Sesuai dengan adat istiadat, sesuai dengan kehidupan bangsa dan negara kita, karena kata psikolog kalau sudah di atas 18 tahun ada banyak tantangan, sudah sulit kita merubah. Nah harus melakukan revolusi mental, itulah gambaran apa yang kami lakukan dan kepada setiap orang-orang yang kami jumpai, kami tekankan hal ini, terutama untuk generasi muda.

Bincang-bincang Bersama Alidin Sitanggang Calon Legislatif DPR RI Dari Kalimatan Selatan

Tadi penjelasannya soal bagaimana kemudian memilih jalan di politik, kesempatan yang masih diberi Tuhan, setelah pensiun masih bertugas memberi hati melayani kemaslahatan umat. Apa tantangan sebagai Caleg di Kalimantan Selatan 2?

Realitas tantangan memang berat, karena teman kita yang bertanding adalah bekas bintang. Ada bintang pengusaha, bekas Bupati dan segala macam jabatan bertanding di dapil ini. Saya melihat adalah orang-orang yang dulu berkuasa dan memiliki harta banyak, tetapi, saya tidak menganggap itu sebagai suatu tantangan yang berat, saya menganggap itu sebagai dorongan semangat. Ada ayat di dalam Matius 11 ayat 28 sampai 30 berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.” Di Dapil saya ini ada lima wilayah. Dua kota dan tiga kabupaten yaitu; Kota Banjarmasin dan Kota Banjarbaru, tiga kabupaten yaitu; Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten kota baru inilah situasi kondisi. Ada lima jatah DPR RI tahun ini dari daerah pemilihan ini.

Hojot Marluga

Belajar Filosofi Air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

7 − five =